Jesse Livermore dikenal sebagai salah satu tokoh legendaris di dunia pasar saham Amerika. Ia membangun reputasinya sebagai spekulan ulung yang berhasil membaca pergerakan pasar dengan tajam. Namun, di balik kejeniusannya, Livermore juga menyimpan kisah hidup yang penuh gejolak, bahkan berakhir tragis.

Livermore memulai kariernya sejak remaja dengan menulis harga saham di papan tulis di sebuah perusahaan pialang kecil. Ia segera mulai memasang taruhan kecil pada saham dan berhasil mengumpulkan keuntungan signifikan. Ketajamannya membaca tren pasar membuatnya dijuluki “Boy Plunger” karena berani mengambil risiko besar sejak usia muda.

Pada tahun 1929, ketika krisis ekonomi menghantam Wall Street, Livermore justru menghasilkan kekayaan luar biasa. Ia menjual livechat medusa88 saham sebelum pasar runtuh dan meraup keuntungan lebih dari 100 juta dolar—jumlah fantastis pada masa itu. Banyak orang menyebutnya “Raja Wall Street” karena kecerdasannya mengalahkan pasar saat semua orang panik.

Namun, kesuksesan finansial itu tidak bertahan lama. Livermore menghadapi serangkaian kerugian, masalah keluarga, dan tekanan mental yang semakin berat. Ia sempat bangkrut beberapa kali dan kehilangan kepercayaan dirinya. Dunia yang dulu ia kuasai perlahan berubah menjadi beban yang sulit ia tanggung.

Pada 28 November 1940, Jesse Livermore mengakhiri hidupnya dengan menembak diri di sebuah hotel di New York. Ia meninggalkan catatan yang mencerminkan keputusasaan dan perasaannya yang terjebak dalam kesepian.

Kisah hidup Jesse Livermore menjadi pengingat bahwa kejayaan finansial tidak selalu sejalan dengan kestabilan mental dan kebahagiaan pribadi. Di balik kejeniusannya, ada sisi manusia yang rapuh dan tak terlihat oleh dunia.

By admin