neesdesign.com – Situasi di Timur Tengah masih tegang dengan berbagai serangan yang dilakukan menggunakan pager dan walkie-talky oleh Hizbullah, yang diduga merupakan tindakan pihak Israel.
Lebanon telah resmi memulai perang dengan pasukan Zionis.
Dikutip dari Indonesia, berikut adalah perkembangan terbaru yang telah diakses dari beberapa sumber pada hari Jumat (20/9/2024).
Pengungkapan Fakta Terbaru dalam Investigasi Ledakan Massal di Lebanon
Lebanon Umumkan Perang
PM Lebanon, Najib Mikati, menyatakan bahwa negaranya sedang mengalami situasi perang setelah ledakan massal dan kerusakan perangkat elektronik yang terjadi selama dua hari berturut-turut. Kejadian ini telah menelan korban lebih dari 30 orang dan melukai ribuan lainnya.
Menurut Mikati yang dikutip oleh laman Russia Today (RT), kekejaman ini tidak dapat dimengerti karena menargetkan orang-orang yang lemah tanpa alasan di rumah mereka.
Ia menegaskan bahwa Lebanon sedang berperang dengan Israel.
Sebelas bulan yang lalu, perang ini dimulai dan telah berdampak pada masyarakat kami di bagian selatan. Mereka mengalami kerugian besar karena rumah-rumah mereka hancur.
Kita sedang dihadapkan pada musuh yang tidak mengindahkan hukum internasional dan kemanusiaan. Namun, pertanyaannya adalah apakah situasi ini dapat terus berlanjut? Di mana peran PBB yang seharusnya mempromosikan perdamaian? kata Mikati.
Pemimpin Hizbullah menyatakan kemarahannya atas serangan Israel yang melewati “garis merah”.
Jet Tempur Israel Tembak 100 ‘Bom’ ke Lebanon
Malam sebelumnya, pesawat tempur Israel menjadi sangat aktif Kamis waktu setempat, dengan melancarkan serangan hebat di Lebanon selatan yang terakhir kali dilakukan hampir satu tahun yang lalu selama perang.
Mengutip laporan dari Reuters, pesawat jet telah menyerang sekitar 100 sasaran yang diklaim sebagai peluncur roket Hizbullah, dilaporkan terdiri dari sekitar 1.000 barel amunisi. IDF mengkonfirmasi kebenaran informasi tersebut.
Berdasarkan laporan dari AFP, serangan udara telah menyerang ratusan barel peluncur roket yang siap diluncurkan ke Israel, sekitar 100 peluncur lainnya, dan beberapa lokasi infrastruktur milik teroris. Hal ini diungkapkan oleh IDF melalui sebuah pernyataan mereka.
IDF akan terus melakukan operasi untuk melemahkan infrastruktur dan kemampuan Hizbullah, dengan tujuan mempertahankan Negara Israel. Sumber tersebut merujuk pada laporan Reuters.
Teror Ledakan Lebanon: Kesaksian Warga dan Sumpah Pembalasan Hizbullah
Hizbullah Luncurkan Serangan ke Israel
Hizbullah menyatakan telah menembakkan sekitar 140 roket ke Israel sebagai respons terhadap serangan Israel di Lebanon selatan. Sebelumnya, kelompok tersebut juga melaporkan sudah melakukan 17 serangan terhadap target-target Israel di beberapa wilayah, termasuk Galilea, Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan Perbukitan Kfarchouba.
Pada hari Kamis, militer mengonfirmasi bahwa serangan terpisah dari Hizbullah di utara Israel telah menewaskan dua tentara dan melukai sembilan lainnya. Menurut laporan, serangan tersebut dipicu oleh rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan oleh kelompok tersebut di Lebanon Selatan.
Sebelumnya, tentara Israel memerintahkan penduduk kota-kota di dekat perbatasan Lebanon untuk tetap berada di dekat tempat perlindungan dan “memantau” pintu masuk.
Arab telah mengumumkan bahwa Lebanon Gawat, maraton 48 jam oleh maskapai besar, telah dibatalkan.
Irak-Iran Kirim Pasukan ke Lebanon Bantu Hizbullah
Pemerintah dan milisi Irak telah memerintahkan pengiriman bantuan ke Lebanon setelah terjadi serangkaian ledakan hebat yang diduga dilakukan oleh Israel.
Dalam sebuah pernyataan resmi, kantor Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia Al Sudani menyatakan bahwa Baghdad telah memerintahkan pengiriman tim medis ke Lebanon. Negara ini juga menuduh Israel sebagai pelaku dari serangan tersebut.
Menurut Juru Bicara Pemerintah Irak, Basim Al Awadi, pemerintah sedang memantau situasi keamanan yang berbahaya di Lebanon dan serangan siber yang dilakukan oleh Zionis. Dia juga menyatakan bahwa hal ini telah menyebabkan banyak warga sipil menjadi martir atau mengalami luka-luka. Pernyataan ini dikutip dari Xinhua.
Ledakan dan serangan Israel lainnya, bersama dengan ancaman mereka untuk melancarkan perang skala besar di Lebanon, memerlukan intervensi internasional segera untuk mencegah eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, Milisi Irak yang terafiliasi dengan Iran, Kataeb Hezbollah, juga menyatakan komitmennya untuk “menyerahkan semua kemampuan kami ke tangan saudara-saudara di Lebanon”. Mereka bahkan berencana untuk mengirim pasukan ke negara tersebut.
Kami telah sepenuhnya siap untuk mendampingi mereka hingga akhir, serta menyediakan pejuang, perlengkapan, dan dukungan yang diperlukan dalam aspek teknis maupun logistik. Hal ini diungkapkan oleh Times of Israel.
Pemimpin Hizbullah: Israel Lewati Batas Merah
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, menegaskan bahwa serangan terhadap anggotanya di Lebanon dan Suriah minggu ini telah melampaui segala batas. Dia berkomitmen untuk membalas tindakan tersebut dan tidak akan gentar dalam memperjuangkan dukungan bagi warga Palestina di Gaza dalam konfliknya dengan Israel.
Dalam pidato pertamanya yang disiarkan televisi setelah serangan tersebut, Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah telah menerima ‘pukulan hebat dalam bidang keamanan dan kemanusiaan’. Namun demikian, ia menegaskan bahwa serangan tersebut tidak berhasil untuk meniadakan keberadaan kelompok tersebut.
Serangan yang terjadi pertama kali dalam sejarah gerakan perlawanan di Lebanon, juga di negara kita dan terhadap musuh kita, belum pernah terulang. Hingga 8 Oktober hingga sekarang, personel militer Israel belum ditarik dari Utara, ungkapnya.
Nasrallah juga menegaskan bahwa serangan tersebut sebagian besar dapat dihindari karena banyak perangkat yang tidak berfungsi telah dimatikan dan dibuang.
Saya menjamin bahwa infrastruktur kami tidak terdampak, seperti yang telah saya tambahkan sebelumnya.
Fakta Baru Teror Ledakan Massal di Lebanon
Penyelidikan awal yang dilakukan oleh otoritas Lebanon mengungkapkan bahwa perangkat komunikasi yang meledak di Lebanon minggu ini ditemukan telah diisi dengan bahan peledak sebelum tiba di negara tersebut. Informasi ini disampaikan melalui surat yang dikirim oleh misi Lebanon kepada Dewan Keamanan PBB.
Reuters melaporkan bahwa perangkat tersebut, termasuk pager dan walkie-talkie, meledak secara elektronik melalui pesan yang dikirim ke alat-alat tersebut.
Lebanon menuduh Israel memimpin perencanaan dan melaksanakan serangan itu.
Pada hari Jumat mendatang, 15 anggota Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan untuk membahas ledakan ini.
Meskipun belum ada tanggapan resmi dari pihak Israel terkait serangan ini, sumber-sumber keamanan menunjukkan kemungkinan besar dilakukan oleh Mossad, sebuah agen intelijen dengan sejarah yang kaya dalam melakukan operasi canggih di luar negeri.
Maskapai AS Umumkan Pembatalan Penerbangan ke Israel
Pada hari Kamis, maskapai Delta Air Lines dari AS mengumumkan akan menangguhkan penerbangan langsung dari New York ke Tel Aviv hingga akhir tahun ini. Keputusan ini didasarkan pada situasi yang tegang di Timur Tengah.
Delta penerbangan dari New York-JFK ke Tel Aviv akan mengalami penangguhan hingga tanggal 31 Desember, dikarenakan adanya konflik yang sedang terjadi di wilayah tersebut.
Delta telah mengumumkan penangguhan seluruh penerbangan langsung antara Amerika Serikat dan Israel hingga akhir tahun.
Peningkatan risiko perang massal di wilayah utara Israel mencuat setelah serangkaian ledakan menghantam ribuan alat komunikasi Hizbullah di Lebanon, mengakibatkan 37 orang tewas dan hampir 3.000 lainnya terluka dalam rentang waktu dua hari. Kelompok militan yang bersekutu dengan Iran menuduh serangan tersebut merupakan ulah dari pihak Israel.
Beberapa maskapai penerbangan, seperti Air France, Lufthansa, dan Swiss, telah menghentikan sementara penerbangan ke Israel setelah kejadian itu terjadi.
PBB Kirim Bantuan ke Lebanon
WHO, lembaga PBB yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan, menyatakan telah berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Lebanon untuk memberikan bantuan kepada ribuan orang yang terluka akibat ledakan perangkat komunikasi.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa serangan itu telah “sangat mengganggu sistem perawatan kesehatan yang sudah rapuh di Lebanon.”
Menurut Ghebreyesus, WHO telah menyebarkan perlengkapan untuk trauma dan operasi darurat serta berupaya memenuhi kebutuhan mendesak lainnya, seperti persediaan darah dan alat uji darah. Ia juga mengawasi kinerja sistem kesehatan saat ini.
Abinasir Abubakar, perwakilan WHO di Lebanon, menyatakan bahwa sedikitnya satu petugas kesehatan tewas dalam serangkaian serangan tersebut. Menurut Direktur Darurat WHO Michael Ryan, pengeboman tersebut “belum pernah terjadi sebelumnya” dan memberikan tekanan besar pada seluruh sistem perawatan kesehatan dalam waktu singkat.