neesdesign.com -Menurut pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, pengeboman baru-baru ini yang menggunakan ribuan pager dan walkie-talkie “melewati semua batas merah.” Ia menuduh Israel bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa yang ia yakini sebagai deklarasi perang.
Seorang WNI di Lebanon mengungkapkan bahwa serangan terbaru yang menargetkan perangkat komunikasi nirkabel terasa jauh lebih menakutkan daripada serangan udara. Untuk itu, pihak KBRI sangat mendorong agar ratusan WNI yang masih berada di negara tersebut segera dievakuasi.
Dalam pidatonya yang sangat dinantikan, Hassan Nasrallah mengakui bahwa Hezbollah telah menerima “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Namun, ia bersumpah untuk tetap berjuang dan memberikan “hukuman yang adil” ke depannya.
Menurut Nasrallah, musuh telah melanggar segala peraturan dan batasan yang ada. Mereka tidak mempedulikan apapun, tanpa mempertimbangkan nilai moral, kemanusiaan, atau kepatuhan hukum.
“Ini merupakan sebuah tindakan keji yang menimpa Lebanon, melalui agresi besar yang dilancarkan terhadap rakyatnya, perlawanan mereka, kedaulatan dan keamanan negara. Hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakan kejahatan perang ataupun deklarasi perang – apa pun namanya, memang layak dengan penjelasannya. Semuanya ini merupakan niat jahat dari musuh,” tambahnya.
Sang pemimpin Hezbollah menegaskan pentingnya mempertahankan rantai komando dan kemampuan komunikasi kelompoknya yang tak terganggu.
Nada bicara Nasrallah menegaskan tantangan dan sumpahnya untuk memberikan hukuman yang berat. Namun, ia juga menyatakan bahwa Hezbollah tidak berniat meningkatkan eskalasi konflik dengan Israel.
Serangan Hizbullah, menurutnya, akan terus berlanjut kecuali ada gencatan senjata di Gaza, dan tidak ada pembunuhan yang akan mengembalikan warga sipil ke Israel utara.
Telah dilaporkan adanya ledakan di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa (AFP)
Firass Abiad, Menteri Kesehatan, mengumumkan bahwa jumlah korban akibat ledakan perangkat walkie-talkie telah meningkat menjadi 25 orang, sebelumnya dilaporkan hanya 20 orang.
Sementara, catatan yang diterimanya menunjukkan bahwa 608 orang telah terluka dalam kejadian tersebut, jumlah ini terus meningkat dari sebelumnya yang mencapai angka 450 orang.
Total jumlah kematian dalam dua hari terakhir ini telah mencapai 37 orang, dimana 12 diantaranya disebabkan oleh serangan bom pada Selasa (17/09).
Beberapa walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hezbollah mengalami ledakan di beberapa daerah di Lebanon, termasuk pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lembah Bekaa, dan Lebanon selatan.
Ledakan beberapa walkie-talkie terjadi selama pemakaman 12 orang pada insiden ledakan pager.
Hezbollah menyalahkan Israel untuk serangan tersebut, sementara Israel belum memberikan komentar mengenai kejadian itu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan “fase baru dalam perang” saat satu divisi tentara Israel dikerahkan kembali ke utara secara bersamaan.
Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres, mengingatkan akan risiko serius eskalasi yang dramatis dan meminta semua pihak untuk menahan diri sebanyak mungkin. Menurutnya, peledakan semua perangkat ini jelas merupakan tindakan agresif yang dapat memicu operasi militer besar-besaran di depan mata. Hal ini ditegaskannya saat berbicara kepada wartawan.
serangan terbaru respons atas aksi Hezbollah selama ‘puluhan tahun’
Dalam perkembangan terbaru, serangan udara terbaru Israel melanda wilayah selatan Lebanon, dengan video yang menyebar di media sosial.
Ini adalah respons Israel terhadap aktivitas yang dilakukan oleh Hezbollah selama bertahun-tahun.
Dalam pernyataannya, IDF mengungkapkan upaya mereka untuk mengurangi “kemampuan dan infrastruktur teroris Hezbollah.”
Selama beberapa dekade, Hezbollah telah memanfaatkan rumah-rumah warga sipil dengan cara mempersenjatainya dan menggali terowongan di bawahnya. Warga sipil juga sering digunakan sebagai tameng oleh mereka. Dampak dari tindakan ini telah membuat wilayah selatan Lebanon menjadi zona perang yang berbahaya.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk “memastikan keamanan di Israel utara, memungkinkan penduduk kembali ke rumah mereka dan mencapai tujuan perang.”
Potensi konflik besar-besaran
Ketakutan akan terjadinya pertikaian skala besar semakin meningkat setelah 11 bulan adanya pertempuran yang melibatkan Israel dan Hamas di Gaza, yang diprovokasi oleh perselisihan serangan lintas batas.
Beberapa jam pasca ledakan pada Rabu (18/09), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjanjikan kepulangan puluhan ribu pengungsi dari wilayah utara negara tersebut “dengan keamanan ke rumah mereka”.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa Israel memasuki “babak baru dalam pertempuran” dengan pergeseran “pusat gravitasi ke arah utara” melalui pengalihan pasukan dan sumber daya.
Sesuai konfirmasi militer Israel, divisi tentara yang sebelumnya beroperasi di Gaza kini telah dipindahkan ke wilayah utara.
Beberapa ledakan terjadi selama upacara pemakaman sekitar 12 orang yang menjadi korban ledakan pager, termasuk di antaranya adalah anggota Hezbollah bernama Mohammed Ammar (Reuters).
Hezbollah menyatakan dukungannya terhadap Hamas, yang juga mendapat dukungan dari Iran dan dilarang oleh Israel serta beberapa negara Barat sebagai organisasi teroris. Mereka menegaskan akan menghentikan serangan lintas batas setelah pertempuran di Gaza selesai.
Kemungkinan rancangan kelompok tersebut akan terungkap pada hari Kamis (19/09), saat pemimpin mereka yang berpengaruh, Hassan Nasrallah, menyampaikan pidato.
Pengumuman dari Kantor Media Hezbollah menyatakan bahwa 13 petempur telah tewas dalam gelombang kedua ledakan, termasuk seorang remaja laki-laki yang berusia 16 tahun.
Hezbollah melaporkan telah menyerang pasukan Israel di sekitar perbatasan dan Dataran Tinggi Golan dengan menggunakan roket untuk menyerang posisi artileri militer Israel.
Militer Israel melaporkan bahwa sekitar 30 roket telah diluncurkan dari wilayah Lebanon pada hari Rabu (18/09). Serangan tersebut menyebabkan kebakaran, tetapi tidak ada laporan korban luka.
Militer Israel juga menyatakan bahwa jet tempur telah menyerang anggota Hizbullah di Lebanon selatan.
WNI di Lebanon: ‘Sewaktu-waktu bisa saja kejadian lagi’
Ilham Akbar baru saja keluar rumah ketika tiba-tiba terdengar suara ledakan yang cukup keras pada Selasa sore.
Ilham menuturkan kepada BBC News Indonesia, suara itu semakin dekat dan tak lama kemudian ia mendengar suara ambulans datang yang menandakan kejadian tersebut terjadi sekitar 500 meter dari rumahnya.
Selama delapan tahun tinggal di Lebanon, Ilham merasakan penyesuaian dengan situasi meningkat yang muncul akibat serangan udara terhadap Kota Beirut.
Namun, pada saat itu, ia merasakan adanya perbedaan.
“Mereka yang telah sering kali mengalami serangan udara dapat membedakan dengan mudah, karena tidak ada lagi getaran yang terasa setelah ledakan,” ujarnya.
Setelah separuh jam berlalu, baru terungkap bahwa ledakan itu berasal dari pager.
Situasi menjadi semakin mengkhawatirkan setelah gelombang ledakan kedua terjadi pada hari Rabu, yang mengakibatkan lebih banyak korban.
Ledakan tersebut disebabkan oleh berbagai sumber, seperti pager, walkie-talkie, alat pembaca sidik jari, dan lain-lain.
Menurut Ilham, serangan semacam ini terasa lebih mengerikan dibanding ketika menghadapi serangan udara.
Ilham mengungkapkan ketidakpastian mengenai posisi pemilik walkie talkie, pager, atau perangkat serupa yang mungkin berada di sekitar mereka dan kemungkinan terjadinya kejadian kembali.
Agar tidak menjadi target, dia memilih untuk tinggal di rumah dan hanya keluar saat benar-benar diperlukan.
Terlebih lagi, Ilham menetap di daerah Dahiyeh yang merupakan markas Hezbollah di selatan Beirut. Banyaknya ledakan terjadi di sekitar sana.
Berdasarkan catatan KBRI Beirut, saat ini terdapat 147 WNI yang masih berada di Lebanon. Jumlah tersebut belum termasuk staf KBRI dan personel militer yang terlibat dalam misi perdamaian UNIFIL.
Sampai saat ini, telah terjadi insiden di mana seorang WNI terkena serpihan ledakan saat berada di tempat umum.
Kepala KBRI Beirut, Yosi Aprizal, menyatakan bahwa WNI tersebut mengalami luka ringan dan saat ini dalam kondisi baik.
Dengan pertambahan ketegangan setelah ledakan perangkat komunikasi elektronik, Yosi menyatakan komitmen untuk terus memotivasi WNI agar bersedia dievakuasi.
Pada 4 Agustus 2024, Indonesia menetapkan status Siaga 1 untuk kawasan Lebanon setelah serangan udara yang dilakukan oleh Israel menewaskan seorang petinggi dari kelompok Hezbollah.
Setelah itu, ada tiga gelombang WNI yang telah dievakuasi dan rencananya akan ada lagi pada tanggal 27 atau 28 September.
“Kami terus mendorong mereka untuk evakuasi, mumpung kondisi saat ini masih relatif mudah untuk evakuasi, moda transportasi udara masih tersedia,” kata Yosi.
“Jika keadaannya semakin memburuk, proses evakuasi akan menjadi semakin sulit,” lanjutnya.
Sejauh ini, terdapat beberapa WNI yang menolak untuk dievakuasi. Sebagian lainnya merasa mampu mengatasi situasi keamanan di Lebanon.
Yosi menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan rencana darurat untuk mengamankan kepulangan WNI dari luar negeri melalui berbagai jalur transportasi, termasuk udara, darat, dan laut apabila situasi membutuhkannya.
Ilham tidak berencana untuk meninggalkan Lebanon dalam waktu dekat karena ia masih perlu menyelesaikan studi pasca-sarjana.
Ilham berkata, “Dilihat dari situasi yang sekarang, masih ada toleransi. Namun jika sudah meninggalkan Lebanon, akan sulit untuk kembali jika visa tinggal saya habis. Proses pengajuan visa berikutnya akan menjadi sulit.”
“Sangatlah membingungkan bagi sebagian dari kami yang masih belum menyelesaikan pendidikan individu masing-masing.”
Ilham berharap agar keadaan di Lebanon tidak semakin memburuk, terutama tidak sampai terjadi perang terbuka.
“Dalam keadaan yang tidak menguntungkan, mungkin saya akan mencari perlindungan di KBRI,” ucapnya.
Jaringan komunikasi Hezbollah disusupi Israel?
Pada Rabu (18/09), terjadi sebuah ledakan yang menewaskan seseorang. Kejadian ini sangat merugikan Hezbollah karena dapat jadi tanda bahwa Israel berhasil menyusupi seluruh sistem komunikasi mereka.
Banyak penduduk Lebanon masih terkejut dan marah dengan serangkaian ledakan yang terjadi pada Selasa (16/09). Ribuan alat peledak meledak secara bersamaan setelah masyarakat menerima pesan yang diyakini berasal dari Hezbollah.
AS dan Lebanon melaporkan kepada New York Times dan Reuters bahwa Israel menyembunyikan bahan peledak di dalam beberapa pager yang meledak hari Selasa lalu.
Sebuah ledakan telah menewaskan 12 orang, termasuk satu gadis berusia delapan tahun dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun. Menteri kesehatan Lebanon melaporkan bahwa 2.800 orang lainnya juga mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut.
Sebuah ledakan memakan korban 12 nyawa dan melukai ribuan orang lainnya, menurut Hezbollah ini disebabkan oleh Israel. Mungkinkah ledakan tersebut terjadi secara tidak sengaja?
Siapakah Hizbullah dan apakah mereka akan terlibat dalam pertempuran melawan Israel?
Saat Tim BBC tengah berada di pemakaman empat korban yang tewas di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh pada Rabu (18/09), mereka disela oleh ledakan keras pada pukul 17:00 setempat.
The explosion sparked chaos and confusion among the attendees. Shortly after, reports began pouring in about blasts happening in various regions of Lebanon.
Sebuah rekaman di media sosial yang belum diverifikasi menunjukkan seorang pria terjatuh karena ledakan kecil, yang terjadi dalam acara pemakaman yang dihadiri oleh banyak orang dari Hezbollah.
Lebih dari 30 ambulans telah ditugaskan oleh Palang Merah Lebanon untuk menangani ledakan-ledakan di beberapa lokasi, termasuk pinggiran selatan ibu kota, wilayah Lebanon selatan, dan Lembah Bekaa.
Penggunaan pagu dan walkie-talkie yang meledak telah menimbulkan kerusakan properti serta membahayakan ribuan orang di seluruh Lebanon, pada hari Selasa (17/09) dan Rabu (18/09).
Menurut Kementerian Kesehatan, ledakan yang mematikan tersebut disebut sebagai “menargetkan walkie-talkie”.
Seorang sumber yang dekat dengan Hezbollah juga menyampaikan kepada kantor berita AFP bahwa walkie-talkie yang digunakan telah mengalami ledakan.
Seorang dokter spesialis mata di rumah sakit Beirut menyampaikan kepada BBC bahwa sekitar 60% dari pasien yang ditangani telah mengalami kehilangan satu mata. Selain itu, mayoritas korban juga mengalami amputasi salah satu tangan.
“Saya rasa ini merupakan hari paling buruk bagi saya sebagai seorang dokter. Saya yakin dampaknya sangat meluas dan parah,” ujar Dr. Elias Warrak.
“Sayangnya, kami tidak dapat menyelamatkan banyak mata dan sayangnya, kerusakannya tidak hanya terbatas pada mata. Beberapa orang juga mengalami kerusakan pada otak dan wajah mereka.”
Walkie-talkie jadi biang keladi
Di Lebanon, seorang pria memegang perangkat Icom yang sudah kehilangan baterainya. Diduga perangkat yang meledak adalah Icom IC-V82 (Getty Images).
Kantor berita milik negara Lebanon (NNA) melaporkan bahwa seorang pria tewas ketika walkie-talkie meledak di dalam sebuah toko yang menjual perangkat seluler di Chaat, di Lembah Bekaa utara.
Kantor berita tersebut menyebut perangkat tersebut sebagai radio VHF genggam dengan merek ICOM-V82.
NNA melaporkan bahwa ICOM-V82 lainnya mengalami ledakan di sebuah rumah di pinggiran kota Baalbek. Sebuah rekaman video menampilkan kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran di sebuah meja dan dinding, serta pecahan alat komunikasi yang terdapat label “ICOM”.
Ada beberapa foto di media sosial yang menunjukkan model yang sama di dua lokasi berbeda.
ICOM merupakan perusahaan komunikasi yang berpusat di Osaka, Jepang.
ICOM mengklaim bahwa selamaqqqqqqqqqqqqqqqq 10 tahun terakhir, mereka tidak memproduksi atau mengekspor IC-V82 dan baterai yang diperlukan untuk menjalankannya.
Perusahaan ini adalah salah satu dari dua perusahaan Asia yang terlibat dalam insiden pengeboman di Lebanon minggu ini. Sehari sebelumnya, ribuan pager meledak yang diduga terkait dengan Gold Apollo, sebuah perusahaan Taiwan.
Hsu Ching-Kuang, pendiri Gold Apollo, dengan tegas membantah adanya hubungan antara perusahaannya dan serangan tersebut. Ia menuduh bahwa ia hanya memberikan lisensi nama mereknya kepada sebuah perusahaan Hungaria bernama BAC Consulting, yang tidak dapat dihubungi BBC untuk dimintai komentar.
Di sebuah rumah di pinggiran Baalbek, Lebanon, sebuah walkie talkie merek ICOM meledak dan mengalami kerusakan parah.
ICOM memberitahu BBC bahwa mereka mengetahui ada laporan mengenai ledakan perangkat radio walkie-talkie berlogo ICOM di Lebanon. Perusahaan tersebut sedang melakukan penyelidikan terkait masalah tersebut.
ICOM menyatakan bahwa IC-V82, sebuah radio genggam yang diproduksi dan diekspor mulai tahun 2004 hingga Oktober 2014, telah dihentikan produksinya sekitar 10 tahun lalu. Sejak itu, perusahaan kami tidak pernah mengirim produk tersebut lagi, termasuk ke Timur Tengah.
Baterai yang digunakan untuk mengoperasikan unit utama tidak lagi diproduksi, dan produk palsu tidak memiliki segel hologram sebagai tanda keaslian dari perusahaan kami. Oleh karena itu, sulit untuk menjamin bahwa produk tersebut berasal dari perusahaan kami.
ICOM mencatat bahwa semua radionya dibuat di pabrik yang sama di Jepang dan hanya dipasarkan melalui distributor resmi untuk pasar luar negeri.
Sebelumnya, seorang staf penjualan di anak perusahaan ICOM di AS memberitahu The Associated Press bahwa perangkat radio yang meledak di Lebanon diduga merupakan produk tiruan yang tidak diproduksi oleh ICOM. Dia juga menyatakan bahwa versi palsu mudah ditemukan secara online.
Menurut kabar yang beredar, perangkat tersebut sangat populer di kalangan operator radio amatir sebagai alat untuk berkomunikasi secara sosial maupun dalam situasi darurat, juga digunakan oleh mereka yang melacak adanya kemungkinan tornado atau badai.
Kantor Icom yang berbasis di Jepang merupakan produsen walkie-talkie dan perangkat radio untuk keperluan kerja di laut, dunia penerbangan, dan darat (Getty Images).
Reuters melaporkan bahwa menurut sumber keamanan Lebanon, walkie-talkie tersebut dibeli oleh Hezbollah pada waktu yang sama dengan pembelian pager sekitar lima bulan yang lalu.
Axios, sebuah situs berita, mengklaim bahwa badan intelijen Israel telah memasang perangkap pada ribuan walkie-talkie sebelum dikirimkan kepada Hezbollah. Alat komunikasi tersebut merupakan bagian dari sistem darurat yang digunakan oleh Hezbollah saat berada dalam masa perang.
Siapa Hizbullah dan apakah mereka berencana untuk berperang melawan Israel?
Apa saja aliansi kekuatan di Timur Tengah yang memicu ketegangan dan konflik di wilayah tersebut?
Mengingat sejarah permusuhan antara Israel dan Iran.